Wednesday 3 July 2013

INFEKSI YANG MENYERTAI KEHAMILAN DAN PERSALINAN




1.      Syphilis
            Infeksi syphilis (lues) yang disebabkan oleh Treponema pallidum, baik yang sudah lama maupun yang baru diderita oleh ibu dapat ditularkan kepada janin.  Syphilis kongenita merupakan bentuk penyakit syphilis yang terberat.  Infeksi pada janin dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan, dengan derajat risiko infeksi yang tergantung jumlah spiroketa (treponema) di dalam darah ibu.
Sudah diketahui secara umum bahwa syphilis mempunyai pengaruh buruk pada janin: dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus, dan partus prematurus.  Dalam hal demikian dapat dijumpai gejala-gejala syphilis kongenita, diantaranya pemfigus syfilitikus, deskwamasi pada telapak kaki dan tangan, serta rhagade di kanan-kiri mulut.  Pada persalinan tampak janin atau plasenta yang hidropik.
Syphilis harus diobati segera setelah diagnosis dibuat, tanpa memandang tuanya kehamilan.  Lebih dini dalam kehamilan pengobatan diberikan, lebih baik prognosis bagi janin.  Syphilis primer yang tidak diobati dengan adekuat, 25% akan menjadi syphilis sekunder dalam waktu 4 tahun.
Sebelum zaman antibiotika, syphilis diobati dengan neoarsphenamine (Salvarsan) dan bismuth.  Sekarang pengobatan syphilis dalam kehamilan dilakukan dengan penicillin, dan apabila penderita tidak tahan (alergi) penicillin, dapat diberikan secara desensitiasi.  Eritromisin tidak dianjurkan karena besar kemungkinan akan gagal untuk mengobati infeksi pada janin.
Untuk syphilis primer, sekunder, dan laten dini (kurang dari 1 tahun) dianjurkan mendapat Benzathine penicillin G dengan dosis 2,4 juta satuan IM sekali suntik (separuh di kanan dan separuh di kiri).  Untuk syphilis lama (late syphilis) diperlukan dosis yang lebih tinggi: 7,2 juta satuan (total) dibagi dalam 3 dosis masing-masing 2,4 juta satuam IM perminggu dalam 3 minggu.
Dosis tunggal penicilline di atas umumnya sudah cukup untuk melindungi janin dari penderitaan syphilis.  Abortus atau kematian janin selama atau tidak lama setelah pengobatan biasanya tidak disebabkan karena gagalnya pengobatan, tetapi karena pengobatan terlambat diberikan.  Suami juga harus diperiksa darahnya dan bila perlu diobati.  Bila ragu, darah tali pusat juga diperiksa.  Follow up bulanan melalui pemeriksaan serologik perlu dilakukan sehingga bila perlu pengobatan ulang dapat segera diberikan.
Untuk lues kongenita pada neonatus dianjurkan pengobatan sebagai berikut: 100.000-150.000 satuan/kg BB aquaeous crystalline penicilline G perhari (diberikan 50.000 satuan/kg BB secara IV setiap 8-12 jam) atau 50.000 satuan/kg BB Procain penicillin perhari diberikan 1x IM selama 10-14 hari.
Bayi yang lahir dari ibu dengan syphilis boleh tetap mendapat ASI.  Bila ibu tersebut masih menderita lesi pada kulit, kontak dengan bayinya harus dihindari.
2.      Cito Megallo Virus (CMV)
CMV adalah virus DNA yang merupakan anggota keluarga sehingga menimbulkan kemampuan latensin.virus ini merupakan penyebab infeksi perinatal tersering. Bukti infeksi pada janinditemukan 0,5 sampai 2 % dari semua neonates.
Gejala ibu yang terinfeksi CMV biasanya tidak menunjukkan gejala yang nyata karena biasanya CMV datang pergi tanpa gejala.


1.            Cara penularan
Virus ditularkan melalui cara-cara berikut ini :
Ø Secara horizontal melalui percikan ludah,air liur (saliva) dan urine
Ø   Secara vertical dari ibu ke janin bayi
Ø Sebagai penyakit menular seksual
2.            Diagnosis
Ø Prenatal  
 Efek infeksi pada janin dideteksi dengan USG,CT Scan atau MRI. Dapat dijumpai mikrosefalus, ventrikulomegali atau kalsifikasi serebrum. Amniosintesis dilakukan untuk biakan virus atau kardosintesis untuk mendeteksi IgM dalam memastikan kecurigaan kasus infeksi primer.
Ø Maternal
     Dengan mengisolasi virus dalam biakan urine/sekresi atau uji serologi.
3.            Dampak pada kehamilan
Tidak terdapat bukti bahwa kehamilan meningkatkan resiko. Risiko penularan pada janin tertinggi dalam trimester pertama dan kedua,sementara infeksi trimester ketiga biasanya tanpa gejala sisa. Infeksi 10-20 % simtomatik sewaktu: IUGR,karioretinitis, mikrosefali, pengapuran otak, hepato plasmomegali dan hidrosepalus. Infeksi 80-90 %asimtomatik sewaktu lahir, tetapi menunjukkan keterbelakangan mental seperti gangguan visual, tetapi, kehilangan pendengaran yang progresif dan perkembangan psikomotorik terlambat.
4.            Pemeriksaan Laboratorium
Ø Anti CRV IgM dan IgG dan IgG aviditas
Ø Pemeriksaan dilakukan pada saat ibu merencanakan kehamilan jika hasil pemeriksaansebelumnya negative


5.            Hasil dan Tindak Lanjut
Ø IgM (-) : periksa ulang beberapa minggu kemudian, jika hasil tetap IgM (-) berarti tidak terifeksi dan lakukan langkah pencegahan. Sementara itu, jika IgG (+) : lakukan pemeriksaan konfirmasi IgM dan IgG aviditas, jika IgM (+) dan IgG rendah berarti infeksi primer perlu pemeriksaan lebih lanjut apakah janin terinfeksi atau tidak.
Ø  IgG (+): berarti sudah pernah terinfeksi dimasa lalu, karena itu sudah kebal terhadap CRV. Tidak diperlukan pemeriksaan lanjut,pada kehamilan berikut untuk melihat jumlah titer IgG, apakah masih mencukupi atau tidak.
6.            Pencegahan
 Kesehatan perlu dijaga dengan Kesehatan perlu dijaga dengan baik pada situasi yang berisiko tinggi. Misalnya tersedianya unit rawat intensif neonatal, pusat rawat  berobat jalan dan unit dialysis. Transfuse ibu dengan darah positif CMV harus dihindari.
3.      Rubella
Rubella ( campak jerman) adalah infeksi virus yang dapat menyebabkan infeksi kronik intrauterine, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, rubella disebabkan oleh virus plemorfis yang mengandung RNA. Virus ini ditularkan melalui droplet dari ibu hamil kepada janin.
A.    Tanda dan gejala
Ø  Demam ringan, pusing dan mata ringan
Ø  Sakit tenggorokan
Ø  Ruam kulit setelah demam turun (warna merah jambu)
Ø    Kelenjar limfe membengkak
Ø  Persendian bengkakdan nyeri pada beberapa kasus
Ø   Fotofobia
Ø   Abortus spontan
Ø   Radang arthritis atau ensefalitis
Ø  Pada ibu hamil kadang tanpa gejala



B.                 Dampak Pada Kehamilan
1.      Insidensi anomaly congenital: bulan pertama 50%, bulan kedua 25%, bulan ketiga 10% dan bulan keempat 4%. Pemaparan pada bulan pertama dapat menyebabkan malformasi jantung, mata, telinga, atau otak. Pemaparan bulan keempat: infeksi sistemik,retardasi pertumbuhan intrauterine.
2.      Infeksi rubella congenital dapatmenyebabkan sindron rubella congenital yang terdiri atas hal-hal berikut ini.
Ø  Pertumbuhan janin yang terhambat (merupakan kondisi yang paling sering terjadi)
Ø  Katarak yang dapat terjadi pada satu atau kedua mata. Katarak adalah pemutihan lensa mata sehingga mengakibatkan kebutaan menetap. Kelainan katarak ini biasanya disertai dengan bola mata yang kecil
Ø  Kelainan jantung bawaan
Ø   Hilang fungsi pendengaran akibat proses infeksi yang terjadi pada saraf pendengaran
Ø  Radang otak dan selaput otak
C.                 Pengobatan
Tidak ada obat spesifik untuk mengobati infeksi virus rubella. Obat yang diberikan biasanya bersifat untuk meringankan gejala yang timbul. Hanya saja pada anak-anak dan orang dewasa, gejala-gejala yang timbul adalah sangat ringan. Bayi yang lahir dengan sindrom rubella congenital, biasanya harus ditangani secara sekama oleh para ahli. Semakin banyak kelainan bawaan yang diderita akibat infeksi congenital, semakin besar pula pengaruhnya pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak.bayi lahir yaitu dengan terdeteksinya IgM Rubella pada darah bayi.
D.                Pencegahan penularan virus rubella
Cara yang paling efektif untuk mencegah penularan virus rubella adalah dengan pemberian imunisasi. Saat ini imunisasi yang dapat diberikan untuk mencegah rubella adalah dengan pemberian vaksin MMR pada wanita usia reproduksi yang belum mempunyai antibody terhadap virus rubella amatlah penting untuk mencegah terjadinya infeksi rubella congenital pada janin. Setelah pemberian imunisasi MMr, penundaan kehamilan harus dilakukan selama 3 bulan
E.           Pemeriksaan Laboratorim
Ø  Anti Rubella IgM dan IgG bila perlu
Ø  Pemeriksaan penyaring (skirining) dilakukan saat ibu merencanakan kehamilan, awal kehamilan (minggu 1-17), wanita hamil yang dicurigai kontak dengan virus atau terdapat gejala klinis
F.      Hasil dan tindak lanjut
Ø  IgG (+): sudah pernah terinfeksi dimasa lalu sehingga sudah kebal terhadap Rubella. Tidak diperlukan pemeriksaan lanjut sampai dengan kehamilan berikut
Ø   IgM (-), IgM(-)/(+): periksa ulang1-4 minggu kemudian jika hasil tetap IgG (-),IgM(-) berarti belum pernah terinfeksi , oleh karena itu  daaan hind danari sumber infeksi dan lakukan vaksinasi jika kehamilan belum terjadi. Sementara itu jika IgG (+) dam IgM (+) berarti infeksi baru terjadi pertama kali. Jika IgG (-) berarti IgM tidak spesifik dan belum pernah terinfeksi. Oleh karena itu lakukan tindakan preventif dan vaksinasi jika kehamilan belum terjadi.
4.      Herpes
Infeksi herpes virus hominis pada orang dewasa biasanya ringan.  Walaupun demikian, penyakit ini dapat menyebabkan kematian janin dan bayi.  Pada bayi dapat dijumpai gelembung-gelembung pada kulit di seluruh badan, atau pada konjungtiva dan selaput lendir mulut.  Kematian bayi dapat pula disebabkan oleh ensefalitis herpes virus.
Virus tipe II dapat menyebabkan herpes genitalis dengan gelembung-gelembung berisi cairan di vulva, vagina, dan servik, yang disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV) sehingga sering disebut herpes simplek. Herpes simplek ditularkan melaluin hubungan seksual.
Diagnosis tidak sulit yaitu apabila terdapat gelambung-gelambung di daerah alat kelamin, ditemukannya benda-benda inklusi intranuklear yang khas di dalam sel-sel epitel vulva, vagina atau servik setelah dipulas menurut papanicolau, memberi kepastian dalam diagnosis.
Herpes genitalis merupakan infeksi virus yang senantiasa bersifat kronik, recurrent, dan dapat dikatakan sulit diobati.  Sampai saat ini hanya satu cara pengobatan herpes yang cukup efektif, yaitu antivirus yang disebut acyclovir.  Obat-obat analgetik dipakai untuk mengurangi rasa nyeri di daerah vulva.  Acyclovir dalam kehamilan tidak dianjurkan, kecuali bila infeksi yang terjadi merupakan keadaan yang mengancam kematian ibu, seperti adanya ensefalitis, pneumonitis, dan atau hepatitis, dimana acyclovir dapat diberikan secara IV. 
Bila pada kehamilan timbul herpes simplek perlu mendapat perhatian yang serius, karena melalui plasenta virus dapat masuk ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60% , separuh yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata. Bila transmisi terjadi pada kehamilan trimester I cenderung terjadi abortus atau malformasi congenital berupa mikroinsefali, sedangkan trimester II terjadi prematuritas. Pada bayi baru lahir dari ibu yang manderita herpes simplek akan mengalami kelinan berupa hepatitis, infeksi berat, ensefalitis, keratokonjungtivitis, erupsi kulit berupa vesikel herpetiformis dan bahkan busa lahir mati.
SC dianjurkan pada wanita yang pada saat kelahiran menunjukkan gejala-gejala akut pada genetalia, untuk menghindari penularan akibat kontak langsung.  Karena bila dengan persalinan pervaginam 50% bayi akan mengalami infeksi.  Pada pasca persalinan, ibu yang menderita herpes aktif harus diisolasi.  Bayinya dapat diberikan untuk menyusui bila ibu telah cuci tangan mengganti baju yang bersih.
Penatalaksanaan
1.         Ibu hamil yang menderita herpes simplek genitals primer dalam 6 minggu terakhir masa kehamilannya dianjurkan untuk SC sebelum atau dalam 4 jam pecahnya ketuban.
2.         Untuk bayi lahir dari ibu dengan herpes simplek, banyak  runah sakit yang menganjurkan untuk mangisolasi bayi baru lahir dari ibu yang mengalami herpes simplek. Bayi harus diawasi ketat selama 1 bulan pertama kehidupannya. Untuk bayi dengan ibu herpes simplek dan melalui pervaginam harus diberikan profilaksis asiklovir intravena selama 5-7 hari dengan dosis 3x10 mg/kgBB/hari.

5.      Varicella (Cacar Air/Chicken Pox)
Varicella merupakan penyakit anak-anak dan sangat jarang dijumpai dalam kehamilan dan nifas.  Walaupun umumnya cacar air itu suatu penyakit ringan, namun pada wanita hamil kadang-kadang bisa menjadi berat dan dapat menyebabkan partus prematurus.  Disangka bahwa telah terjadi penularan intra uterin apabila gelambung-gelambung timbul dalam 10 hari setelah kelahiran.  Frekuensi cacar bawaan tidak lebih tinggi pada para bayi yang lahir dari ibu yang menderita cacar air dalam masa hamil.
1.      Masa inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal ini bisa sitandai dengan badan yang terasa panas dingin.
2.      Gejala
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
3.      Waktu karantina yang disarankan
Selama 5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh telah berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya penderita tetap mandi seperti biasa, karena kuman yang berada pada kulit akan dapat menginfeksi kulit yang sedang terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit hilang sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika mengeringkan tubuh sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak teriritasi. Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk salycil yang tidak mengandung mentol. Pastikan anda juga selalu mengkonsumsi makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit itu sendiri. Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat merah yang dapat dibuat juice.
4.      Pencegahan
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan. Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai kekebalan.Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh.
5.      Pengobatan
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami panurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan “Asiklovir” berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa, yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5% yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari. Larutan “PK” sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk menghindari iritasi lebih lanjut.
6.      Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari setelah munculnya ruam-ruam kulit pada varicella didaerah punggung. Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM.Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA – Fluorescent Antibody Membrane Antigen
7.      Dampak terhadap kehamilan
5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster. Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
                         a.      Persalinan preterm
                        b.      Ensepalitis
                         c.      Pneumonia
Penatalaksanaan terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x torak untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi pneumonia terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu.Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi janin pasca persalinan adalah 24%. Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self limiting”. Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan mortalitas 30%.Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang sangat infeksius. Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari virus yang dilemahkan.

1 comments:

  1. hei guys visit

    http://khasanahilmuu.blogspot.com/2013/08/makalah.html

    ReplyDelete

 
Kebidanan Full Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template