Friday, 14 June 2013

Keluarga Berencana (Askeb III)

Keluarga berencana (disingkat KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.
Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua. Gerakan ini mulai dicanangkan pada tahun akhir 1970-an.
Ada pula sebuah lagu mengenai keluarga berencana yang sering dinyanyikan.

Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.

Tujuan khusus

  • Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
  • Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
  • Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

KONTRASEPSI
Metode kontrasepsi terdiri dari:

Kontrasepsi oral (pil KB)

  • Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan estrogen atau progestin saja.
  • Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium) dan menjaga kekentalan lendir servikal sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.

  • Tablet yang hanya mengandung progestin sering menyebabkan perdarahan tidak teratur. Tablet ini hanya diberikan jika pemberian estrogen bisa membahayakan, misalnya pada wanita yang sedang menyusui.

  • Pil kombinasi ada yang memiliki estrogen dosis rendah dan ada yang mengandung estrogen dosis tinggi.
  • Estrogen dosis tinggi biasanya diberikan kepada wanita yang mengkonsumsi obat tertentu (terutama obat epilepsi).
  • Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
    • Resiko kanker jenis tertentu
    • Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
    • Ketegangan premenstruasi
    • Perdarahan tidak teratur
    • Anemia
    • Kista payudara
    • Kista ovarium
    • Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
    • Infeksi tuba falopii.
  • Sebelum mulai menggunakan pil KB, dilakukan pemeriksaan fisik untuk meyakinkan bahwa tidak ada masalah kesehatan yang bisa menimbulkan resiko.
  • Jika wanita tersebut atau keluarga dekatnya ada yang menderita diabetes atau penyakit jantung, biasanya dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar kolesterol dan gula darah. Jika kadar kolesterol atau gula darahnya tinggi, maka diberikan pil KB dosis rendah.
  • 3 bulan setelah pemakaian pil KB, dilakukan pemeriksaan ulang untuk mengetahui adanya perubahan tekanan darah. Selanjutnya pemeriksaan dilakukan 1 kali/tahun.
  • Pil KB sebaiknya tidak digunakan oleh:
    • Wanita yang merokok dan berusia diatas 35 tahun
    • Wanita penderita penyakit hati aktif atau tumor
    • Wanita yang memiliki kadar trigliserida tinggi d. Wanita penderita tekanan darah tinggi yang tidak diobati
    • Wanita penderita diabetes yang disertai penyumbatan arteri
    • Wanita yang memiliki bekuan darah
    • Wanita yang tungkainya sedang digips
    • Wanita penderita penyakit jantung
    • Wanita yang pernah menderita stroke
    • Wanita yang pernah menderita penyakit kuning pada saat kehamilan
    • Wanita penderita kanker payudara atau kanker rahim.
  • Pengawasan harus dilakukan jika pil KB digunakan oleh:
    • Wanita yang mengalami depresi
    • Wanita yang sering mengalami sakit kepala migren
    • Wanita yang merokok tetapi berusia dibawah 35 tahun
    • Wanita yang pernah menderita hepatitis atau penyakit hari lainnya tetapi telah sembuh total.
Pemakaian pil KB setelah kehamilan
  • Resiko terbentuknya bekuan darah di tungkai meningkat setelah kehamilan dan akan semakin meningkat jika wanita tersebut memakai pil KB.
  • Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu kurang dari 12 minggu setelah persalinan, maka pil KB bisa langsung digunakan. Jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu 12-28 minggu, maka harus menunggu 1 minggu sebelum pil KB mulai digunakan, sedangkan jika menstruasi terakhir terjadi dalam waktu lebih dari 28 minggu, harus menunggu 2 minggu sebelum pil KB mulai digunakan.
  • Wanita yang menyusui biasanya tidak mengalami ovulasi sampai 10-12 minggu setelah persalinan, tetapi mereka bisa mengalami ovulasi dan hamil sebelum terjadinya menstruasi pertama. Karena itu, ibu yang menyusui sebaiknya menggunakan pil KB jika tidak ingin hamil.
  • Pil kombinasi yang diminum oleh ibu menyusui bisa mengurangi jumlah air susu dan kandungan zat lemak serta protein dalam air susu. Hormon dari pil terdapat dalam air susu sehingga bisa sampai ke bayi. Karena itu untuk ibu menyusui sebaiknya diberikan tablet yang hanya mengandung progestin, yang tidak mempengaruhi pembentukan air susu.
  • Pil KB yang diminum segera setelah terjadinya pembuahan atau pada awal kehamilan (sebelum wanita tersebut mengetahui bahwa dia hamil) tidak akan membahayakan janin.

Efek samping pil KB

  • Perdarahan tidak teratur.  Sering terjadi pada beberapa bulan pertama pemakaian pil KB, jika tubuh telah menyesuaikan diri dengan hormon biasanya perdarahan abnormal akan berhenti.
  • Beberapa bulan setelah berhenti menggunakan pil KB, mungkin tidak akan terjadi menstruasi, tetapi obat ini tidak menyebabkan berkurangnya kesuburan secara permanen.
  • Efek samping yang berhubungan dengan estrogen adalah mual, nyeri tekan pada payudara, perut kembung, penahanan cairan, peningkatan tekanan darah dan depresi.
  • Efek samping yang berhubungan dengan progestin adalah penambahan berat badan, jerawat dan kecemasan. Penambahan berat badan sebanyak 1,5-2,5 kg biasanya terjadi akibat penahanan cairan dan mungkin karena meningkatnya nafsu makan.
  • Bekuan darah diperkirakan 3-4 kali lebih sering terjadi pada pemakaian pil KB dosis tinggi.  Jika secara tiba-tiba timbul nyeri dada atau nyeri tungkai, pemakaian pil KB harus segera dihentikan dan segera memeriksakan diri karena gejala tersebut mungkin menunjukkan adanya bekuan darah di dalam vena tungkai dan kemungkinan sedang menuju ke paru-paru.  Pil KB dan pembedahan menyebabkan meningkatnya resiko pembentukan bekuan darah, sehingga 1 bulan sebelum menjalani pembedahan pemakaian pil harus dihentikan dan baru mulai dipakai lagi 1 bulah setelah pembedahan.
  • Mual dan sakit kepala.
  • 1-2% wanita pemakai pil KB mengalami depresi dan kesulitan tidur.
  • h. Melasma (bercak-bercak berwarna gelap di wajah). Jika terkena sinar matahari, bercak semakin gelap. Melasma akan menghilang secara perlahan setelah pemakaian pil KB dihentikan.
  • Resiko terjadinya kanker leher rahim tampaknya meningkat, terutama jika pil KB telah dipakai selama lebih dari 5 tahun. Karena itu wanita pemakai pil KB harus rutin menjalani pemeriksaan Pap smear (minimal 1 kali/tahun).  Di lain fihak, wanita pemakai pil KB memiliki resiko kanker ovarium ataupun kanker rahim yang lebih rendah.

Interaksi pil KB dengan obat lain

  • Pil KB tidak berpengaruh terhadap obat lain, tetapi obat lain (terutama obat tidur dan antibiotik) bisa menyebabkan berkurangnya efektivitas dari pil KB.
  • Wanita pemakai pil KB bisa hamil jika secara terus menerus mengkonsumsi antibiotik (misalnya rifampin, penisilin, ampisilin, tetrasiklin atau golongan sulfa). Ketika mengkonsumsi antibiotik tersebut, selain pil KB sebaiknya ditambah dengan menggunaka kontrasepsi penghalang (misalnya kondom atau diafragma).
  • Oba anti-kejang (fenitoin dan phenobarbital) bisa menyebabkan meningkatkan perdarahan abnormal pada wanita pemakai pil KB.
  • Untuk mengatasi hal ini, kepada wanita penderita epilepsi yang mengkonsumsi anti-kejang perlu diberikan pil KB dosis tinggi.
Sumber : http://medicastore.com
http://wikipedia.com
bukusakudokter.wordpress.com

0 comments:

Post a Comment

 
Kebidanan Full Copyright © 2012 Design by Ipietoon Blogger Template