Kehamilan Ektopik
Patofisiologi
·
Ovum
yang telah dibuahi berimplantasi di tempat lain selain di endometrium kavum
uteri
·
Gangguan
interferensi mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam perjalanannya
menuju kavum uteri
·
Kemungkinan
implantasi : paling sering di tuba falopii (90-95 %, dengan 70-80% di ampula),
serviks, ovarium, abdomen dan sebagainya.
Etiologi
·
Kelainan
tuba adalah karena adanya riwayat penyakit tuba, seperti salpingitis
·
Riwayat
operasi tuba, sterilisasi
·
Riwayat
penyakit radang panggul
·
IUD
·
Ovulasi
yang multipel akibat induksi obat-obatan, usaha fertilisasi in vitro dan
sebagainya
Gejala
·
Amenorhea
·
Nyeri
perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah, seluruh
perut bagian bawah akibat robeknya tuba
·
Penderita
bisa sampai pingsan dan syok
·
Perdarahan
pervaginam biasanya berwarna hitamPusing, perdarahan, berkeringat, pembesaran
payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks,
pembesaran uterus, frekuensi BAK meningkat
Diagnosis
·
Pemeriksaan
panggul, tentukan lokasi sakit
·
Lakukan
tes B-hCG
·
Pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui konsentrasi hormon progesteron
·
Pemeriksaan
USG
·
Diagnosis
banding : usus buntu (apendisitis akut), radang panggul
·
Penanganan
: methotrexate
·
Prognosis
: HCG (kuantitatif) untuk melihat sisa jaringan
·
Kesempatan
hamil tergantung dari kerusakan tuba (1x operasi tuba : 55-60%, jika slauran
satunya tidak ada atau rusak : 45%, >2x pembedahan ektopik dan komservatif :
30%)
1. KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)
Gejala :
·
Kolaps
dan kelelahan
·
Nadi
cepat dan lemah (110x/menit atau lebih)
·
Hipotensi
·
Hipovolemia
·
Abdomen
akut dan nyeri pelvis
·
Distensi
abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas
·
Nyeri
lepas
·
Pucat
Diagnosis
·
Anamnesis
: riwayat terlambat haid atau amenorhea, gejala dan tanda kehamilan muda dapat
ada atau tidak ada, perdarahan pervaginam, nyeri perut pada kanan/kiri bawah
·
Pemeriksaan
fisis : KU dan TTV dapat baik sampai buruk, ada tnada akut abdomen, saat
pemeriksaan adnexa ada nyeri goyang portio
·
Pemeriksaan
penunjang : tes urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum
douglasi), USG
Penatalaksanaan
KE dengan ruptur tuba
·
Optimalisasi
KU ibu dengan transfusi, infus oksigen atau kalau dicurigai adanya infeksi
diberikan juga antibiotika
·
Hentikan
sumber perdarahan segera dengan laparatomi dan salpingektomi (memotong bagian
tuba yang terganggu)
Sebelum
pulang
·
Konseling
prognosis kesuburannya
·
Konsleing
metode kontrasepsi dan penyediaan metode kontrasepsi
·
Perbaiki
anemia dengan sulfas ferrosus 600 mg/hari per oral selama 2 minggu
·
Kontrol
ulang 4 minggu
Kehamilan
Servikal
·
Jarang
terjadi
·
Perdarahan
pervaginam tanpa disertai rasa nyeri
·
Terjadi
abortus spontan sangat besar
·
Jika
kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan atau ruptur yang terjadu sangat besar
dan bisa dilakukan histerektomi lokal.
Kehamilan
Ovarial
Ditegakkan
atas dasar kriteria Spiegelberg :
·
Tuba
pada sisi kehamilan harus normal
·
Kantung
janin harus terletak di ovarium
·
Jaringan
ovarium yang nyata harus ditemuka dalam dinding kantung janin
2.
MOLA
HIDATIDOSA
·
Hasil
konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari vili
korialis disertai dengan degenerasi hidropik
·
Uterus
melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan sperti rangkaian
buah anggur
·
Resiko
terjadi keganasan (koriokarsinoma)
Pembagian
1. Mola hidatidosa klasik/komplet
·
Janin
atau bagian tubuh janin tidak ada
·
Sering
disertai pembentukan kista lutein (25-30%)
2. Mola hidatidosa parsial/inkomplet
·Janin atau bagian tubuh janin ada
·
Perkembangan
janin terhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimester
pertama
Gejala
·
Hiperemesis
·
Hipertiroid
·
Preeklampsia
·
Anemia
·
Uterus
lebih besar dari umur kehamilan
·
Tanda
pasti kehamilan tidak ditemukan
·
Perdarahan
·
Bisa
juga disertai preeklampsia/ eklampsia
Diagnosa
·
Ditegakkan
dengan USG
·
Pengosongan
jaringan mola dengan vakum kuret
·
Pemeriksaan
tindak lanjut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan keganasan
·
Kadar
hCG dipantau hingga minimal 1 tahun pasca kuretase
·
Bila
>8 minggu pasca kuretase hCG tinggi berarti trofoblast masih aktif
·
Anamnesis
: hamil disertai gejala dan tanda hamil muda yang berlebihan, perdarahan
pervaginam berulang berwarna coklat, gelembung seperti busa
·
Pemeriksaan
fisik : pada mola klasik ukuran uterus > besar dari usia kehamilan yang
sesuai, tidak teraba bagian janin, DJJ tidak ada. Uji batang sonde tidak ada
tahanan massa konsepsi. Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion,
uterus < gestasi
·
Pemeriksaan
penunjang : periksa kadar B-hCG kuantitatif dan USG. Pada USG gambaran seperti
badai salju (snowflake/snowstorm-like appearance)
Penatalaksanaan
·
Perhatikan
sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi nafas, hipertiroid/tirotoksikosis
dan sebagainya). Resusitasi bila KU buruk
·
Evakuasi
jaringan mola : dengan AVM dan kuret tajam. Suction dapat mengeluarkan sebagian
besar massa mola, sisanya bersihkan dengan kuret. Dapat juga dilakukan induksi,
pada waktu evakuasi berikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan
mencegah refluks cairan mola ke arah tuba
·
Pada
wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi
Follow up
·
Profilaksis
terhadap keganasan dengan sitostatika terutama pada kelompok resiko keganasan
tinggi
·
Pemeriksaan
ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggu teratur tiap 3 bulan-1
tahun
·
Foto
toraks pada awal terapi, ulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat
·
Kontrasepsi
hormonal 1 tahun pasca kuretase, sebaiknya preparat progesteron oral selama 2
tahun
·
Penyuluhan
pada pasien akan kemungkinan keganasan
0 comments:
Post a Comment